Kamis, 13 Juni 2013

Sate Ayam Pak Siboen

Sudah hampir tengah malam tapi saya masih berputar-putar mencari makan di kota Kediri. Waktu tak terasa begitu cepat berlalu, padahal rasanya baru sebentar saya mampir ke Gua Maria Pohsarang. Lama sekali saya tak berkeliling di kota ini, jalan-jalan yang saya lewati masih terasa sama seperti dulu. Melewat jalan Panglima Sudirman mata saya kecantol akan lampu dari sebuah sign board yang menyala terang menampilkan wajah seorang pria memakai blangkon dengan tulisan Pak Siboen. Makan sate ayam malam-malam kayanya ide yang menarik pikir saya, segera saya parkir mobil saya di seberang warung makan Sate Ayam Ponorogo Pak Siboen.
Warung sate pak Siboen sudah ada semenjak tahun 1937, warung yang buka 24 jam ini dikelola oleh generasi ke 3 dari pak Siboen dengan manajemen yang lebih modern. Masuk ke dalam ruangan warung ini terlihat beberapa keluarga yang sedang makan sambil mengobrol dengan asik. Ruangan disini cukup besar dan rapi, hampir seluruh permukaan tembok dilapisi dengan ubin sehingga tampak cling. Di dinding terpasang papan menu cukup besar yang menampilkan menu-menu yang tersedia disini beserta informasi untuk kerjasama waralaba. Warung sate pak Siboen ini memang cukup ternama dan memiliki banyak cabang yang tersebar, tidak sedikit artis dan para pejabat ibu kota yang pernah mampir makan disini.
Menu sate ayam daging, garang asem ayam dan nasi putih menjadi pilihan saya. Alasan saya memilih nasi ketimbang lontong adalah karena nasi lebih nendang di perut, maklum perut saya ini Indonesia banget belum kenyang kalau tanpa nasi. Dengan segera pesanan saya sudah tersaji di atas meja, mari kita coba satu persatu. Sate ayamnya terasa empuk tidak alot sama sekali
http://wisatakuliner.com/kuliner/images/stories/tempat_mkn/kediri/sate_p.siboen/sate%20pak%20siboen4.jpgpadahal yang digunakan adalah ayam kampung yang cenderung alot, membakarnya pun secara tepat tidak banyak bagian yang gosong. Dicampur dengan bumbu kacang, kecap, sambel dan irisan bawang merah menambah kepuasan rasa saat memakannya. Sedangkan garang asemnya diolah dari sisa daging ayam yang masih menempel di tulang ayam, bagus juga idenya menurut saya, daripada terbuang percuma lebih baik diolah lagi menjadi sesuatu yang bisa menghasilkan. Rasa garang asem ayamnya sendiri lumayan asam-asam segar, namun harus pintar-pintar memisahkan antara tulang dan daging ayamnya.
Sambil menikmati makan malam saya asik memperhatikan pasangan muda disamping meja saya, dimana cowoknya dengan rewel dan manja meminta agar ceweknya menyingkirkan sambel yang tercampur di bumbu kacangnya. Sungguh pemandangan yang sangat lucu melihat tingkah polah cowok yang sudah cukup dewasa namun tidak doyan sambal sedikitpun. Selesai sudah makan malam saya, kelucuan yang saya lihat menemani makan malam akan menjadi kenangan yang mengingatkan saya akan sate Pak Siboen ini. Sekarang kembali lagi melaksanakan kewajiban saya di belakang setir mobil.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar